Hirarki
Nilai Wajar, untuk meningkatkan konsistensi dan
keterbandingan dalam pengukuran nilai wajar hirarki diterapkan dalam 3 level
input yaitu :
Input
level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuain) di pasar aktif untuk aset
atau liabilitas yang identik dan dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
Harga
kuotasian di pasar aktif menyediakan bukti yang paling andal dari nilai wajar
dan digunakan tanpa penyesuaian untuk mengukur nilai wajar apabila tersedia,
kecuali jika harga kuotasian dipasar aktif tidak merepresantasikan nilai wajar
pada tanggal pengukuran. Misalkan contoh berikut: peristiwa yang sering terjadi
di pasar antar principal, perdagangan di pasar pialang atau pengumuman harga
kuotasian terjadi setelah penutupan pasar tetapi sebelum tanggal pengukuran.
Entitas menetapkan secara konsisten menerapkan kebijakan untuk mengidentifikasi
peristiwa tersebut, yang dapat mempengaruhi pengukuran nilai wajar. Akan
tetapi, jika harga kuotasian tersebut disesuaikan untuk informasi baru, maka
penyesuaian tersebut menghasilakn pengukuran nilai wajar yang dikategorikan
dalam level yang lebih rendah dalam hirarki nilai wajar.
Input
level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pada
level 2 ada beberapa hal harus diobservasi untuk keseluruhan jangka waktu yang
substansial dari aset atau liabilitas, seperti: harga kuotasian untuk aset atau
liabilitas yang serupa di pasar aktif (yang ada di level 1), harga kuotasian
untuk aset atau liabilitas yang identik atau yang serupa dipasar yang tidak
aktif, suku bunga dan kurva imbal hasil yang dapat diobservasi pada internal
kuotasian yang umun dan volatilitas yang tersirat dan credit spreads merupakan input selain dari harga kuotasian yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
Input
level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
Input
yang tidak dapat diobservasi digunakan untuk mengukur nilai wajar sejauh input
yang diobservasi yang relevan tidak tersedia, sehingga memungkinkan adanya
situaisi diamana terdapat sedikit aktivitias pasar untuk aset atau liabilitas
pada tanggal pengukuran. Akan tetapi, tujuan pengukuran nilai wajar tetap sama,
yakni harga keluar pada tanggal pengukuran dari perspektif pelaku pasar yang
memiliki aset atau libilitas. Oleh karena itu, input yang tidak dapat
diobservasi mencerminkan asumsi yang digunakan pelaku pasar ketika menentukan
harga aset atau liabilitas, termasuk asumsi mengenai resiko. Asumsi mengenai
resiko termasuk risiko yang inheren dalam teknik penilaian tertentu yang
digunakan untuk mengukur nilai wajar (seperti model penentuan harga) dan risiko
yang inheren dalam input untuk teknik penilaian.
Pengukuran
nilai wajar, didalamnya mengatur berbagai kegiatan yang sering terjadi di
pasar. Mulai dari harga pasar, pelaku pasar, dan yang lainnya. dari segi harga
pasar, seorang akuntan harus memahami bahkan bisa dikatakan harus menghafal
semua harga yang ada di pasaran, jika tidak maka akuntan tersebut belum dikatakan
akuntan handal. Karna jika dalam perusahaan bagian yuang lain pastinya
mempercayakan mengenai masalah harga ke akuntan, makanya sangat disayangkan jika
seorang akuntan tidak bisa mampu menaksir harga yang ada di pasar.
Sumber
: PSAK 68
Tidak ada komentar:
Posting Komentar